Film ‘Angka jadi Suara’: Mengungkap ‘Kejahatan Sunyi’ terhadap Buruh Perempuan

Puisi Angka jadi Suara dideklamasikan Solikhatun, seorang buruh perempuan di Kawasan Berikat Nusantara (KBN) Cakung, Jakarta Utara.

Tangan-tangan kotor itu membuat kita menggigil
Saat kerja berhenti
Saat mesin kerja mati
Mata-mata kotor itu menjadikan kita terhina,
Ketika tubuh bergerak apa adanya
Mulut-mulut kotor itu menjatuhkan harga diri
Dan dari setiap kata penghakiman
Buruk
Baik
Korban pelecehan bukanlah angka
untuk terus dihitung, dijumlah
untuk didata dan dianalisa
Sebab angka telah jadi suara
Korban siap jadi pejuang

Kata-kata yang terlontar dari mulut Solikhatun itu menjadi salah satu adegan dalam film dokumenter Angka Jadi Suara.

Film berdurasi 22 menit itu mengungkap dugaan praktik-praktik pelecehan seksual yang dialami para buruh perempuan di KBN Cakung, Jakarta Utara. Berdasarkan pengaduan yang dikumpulkan Federasi Buruh Lintas Pabrik (FBLP), sebanyak 25 buruh perempuan di 15 pabrik mengaku mengalami pelecehan seksual.

Dari ruang diskusi yang dibangun Komite Buruh Perempuan KBN, fakta-fakta tersebut dihimpun menjadi data. Data itu kemudian diperlihatkan kepada pengelola KBN hingga Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Yohana Yembise, yang muncul dalam salah satu adegan di film itu.

Ari Widiastari, penata kamera dalam film tersebut, mengatakan film menjadi media yang efektif untuk menyuarakan isu pelecehan seksual. Sebelumnya, FBLP pernah melakukan sosialisasi melalui media lain, namun hasilnya tidak signifikan.

“Sudah beberapa kali mencoba dengan cara lain, tapi teman-teman belum ada yang tergugah, teman-teman dicekam ketakutan yang luar biasa tentang kejahatan sunyi ini. Banyak pihak yang harus tahu, banyak pihak yang harus mendukung korban supaya mereka kuat dan berani untuk bicara,” tutur Ari kepada wartawan Julia Alazka, dalam acara pemutaran film Angka Jadi Suara di Taman Budaya Jawa Barat, Kota Bandung.

Proses Panjang

Proses pembuatan film Angka jadi Suara memakan waktu yang panjang. Ide membuat film dengan tema pelecehan seksual di tempat kerja dicetuskan FBLP pada 2012 dalam suatu lokakarya produksi film.

Lokakarya itu berjalan hampir setahun yang dilanjutkan dengan riset tentang pelecehan seksual di tempat kerja melalui diskusi hunian dan berbincang secara personal kepada para korban pelecehan.

“Butuh metode tersendiri untuk menggali informasi dan pengalaman (para korban),” tutur Dian Septi Trisnanti, sutradara film Angka jadi Suara.

“Tidak mudah untuk mengambil beberapa tokoh yang mau bicara, sangat sulit. Beberapa kali kita cut. Sampai tadi ada yang berani pun, sempat dua jam kita break karena dia sempat menangis, sempat tidak mau. Tapi dia punya keberanian, kami sangat apresiasi atas keberaniannya itu,” timpal Ari.

Adegan pembuka pada film ini memperlihatkan aktivitas buruh perempuan saat pulang kerja. Terselip adegan seorang petugas keamanan pabrik mencolek-colek bagian tubuh seorang buruh perempuan. Ekspresi mesum dan lontaran kata melecehkan dipertontonkan. Sementara si buruh perempuan berlalu dengan raut muka tidak suka, tanpa bisa berbuat banyak.

Lalu muncul seorang tokoh buruh perempuan. Dengan wajah dan suara yang disamarkan, ia menceritakan bagaimana pelecehan seksual yang dialaminya. Kesaksiannya menjadi benang merah dalam film dokumenter ini.

“Rasanya menyakitkan, saya nggak tahu apa-apa, orang awam. Ngomong ke siapa? Saya tuh malu takut disalahin, karena saat kejadian terjadi, saya nggak bisa berbuat apa-apa, benar-benar nggak berdaya,” ungkap si tokoh.

Film ini juga mengungkap sikap menyalahkan korban yang biasa terjadi dalam kasus-kasus pelecehan seksual. Seorang buruh dalam film itu menuding korban “bersikap memancing dan menggoda.”

Para pembuat film mengatakan mereka ingin mengungkap ‘kejahatan sunyi’ karena selama ini korban memilih bungkam.

Pada awal 2017, film Angka Jadi Suara mulai diputar di sejumlah kota seperti Jakarta, Bali, dan Bandung dengan tanggapan yang cukup menggembirakan. Beberapa pihak menawarkan kerja sama untuk ikut memutar film itu. Tapi FBLP mengajukan syarat dalam setiap pemutaran film tersebut.

“Kita mensyaratkan pemutaran film ini harus satu paket dengan dialognya karena teman-teman belum tentu paham dengan isi film kalau tidak ada dialognya. Dialognya bisa tentang perempuan atau buruh perempuan,” kata Ari.

Angka Jadi Suara akan diluncurkan pada 15 Mei 2017 di Jakarta. Pembuatan film ini juga mendapat dukungan Perempuan Mahardika, organisasi yang memperjuangkan isu-isu perempuan.

Masuki era baru filmdokumenter.id. Pelajari fitur terbaru kami di sini.