Film Dokumenter ‘Tonotwiyat (Hutan Perempuan)’ dari Papua Masuk Ajang Festival Film Indonesia 2019

“Saya sungguh tidak menyangka dan sama sekali di luar ekspektasi saya bahwa film ini berhasil masuk dalam ajang tertinggi bagi sineas Indonesia, yakni Festival Film Indonesia 2019. Saya sangat bersyukur karenanya,” ujar sutradara film, Yulika Anastasia Indrawati, dalam keterangan kepada media lintaspapua.com, Jumat (15/11/2019).

Dikatakan, bahwa film ini diproduksi secara independen oleh Imaji Papua. Imaji Papua adalah komunitas yang mengembangkan konten-konten kreatif di Jayapura dan salah satunya adalah memproduksi film independen.

Diakui, perjalanan film ini cukup panjang. Dimulai dari riset pada tahun 2018 dan diproduksi pada Februari-Maret 2019. “Kami memproduksi film ini sebagai sebuah kepedulian terhadap lingkungan dan kearifan lokal yang ada di Kota Jayapura. Sekaligus mengaktualisasikan jiwa seni dalam hal ini seni film,” ujar sutradara film ‘Tonotwiyat (Hutan Perempuan)’.

“Dalam masa pra produksi hingga produksi sebenarnya ada banyak kendala yang dihadapi yakni minimnya budget dan peralatan yang minimal. Meski demikian kami tetap bertekad untuk bisa menghasilkan sebuah karya yang mengangkat nilai-nilai luhur budaya Papua,”

“Saya pribadi berterima kasih kepada Bapak Orgenes Meraudje selaku Kepala Kampung Enggros, Mama Lian Youwe, Mama Ani Meraudje dan warga Kampung Enggros karena dengan keterbatasan yang ada, bersedia menjadi subjek dalam film ini dan banyak membantu kami di lapangan,” tutur perempuan yang berkacamata ini.

Dijelaskan oleh sang sutradara bahwa pada 24 Juni lalu film ini diputar perdana di Abepura. “Selanjutnya kami mengirimkan film ini untuk mengikuti kompetisi Festival Film Dokumenter Jogja yang akan diselenggarakan 1-7 Desember mendatang,” jelas Yulika. Film ini akan diputar disana dan FFD Jogja sekaligus menjadi world premiere atas film ini.

Pada waktu yang sama penyelenggara festival yaitu Forum Film Dokumenter sedang menjaring film-film dokumenter karya sineas Indonesia untuk mengikuti FFI. Sebagai catatan Forum Film Dokumenter adalah lembaga yang resmi ditunjuk oleh komite FFI untuk menjaring film-film dokumenter karya anak bangsa.

“Penyelenggara FFD menelpon saya langsung dan mengirimkan email untuk meminta kesediaan saya untuk menyertakan film ini mengikuti FFI 2019,” Secara resmi FFD telah memberikan rekomendasi agar film berdurasi 92 menit ini dikirimkan kepada Festival Film Indonesia. Atas rekomendasi itulah film ini dikirimkan untuk dikurasi oleh tim juri.

“Di bulan Desember mendatang rencananya akan dilakukan pemutaran di Jakarta atas inisiatif East Cinema. Untuk tempat pemutaran sedang dikoordinasikan. Saya mohon dukungan doa dan support dari warga kota Jayapura dan Papua,” ucap Yulika selaku sutradara film.

Dan, hari ini melalui akun twitter resmi @PialaCitra2019 telah mengumumkan nominasi kategori film dokumenter panjang. “Saya bersyukur film produksi Imaji Papua lolos kurasi dan masuk nominasi. Total ada 4 judul film dokumenter panjang yang dinominasikan,” terang Yulika.

“Harapan saya secara pribadi yakni film ini sampai pada tahapan bisa diputar dalam ajang festival internasional atau dilakukan internasional premiere,” ujar Yulika.