Film Dokumenter ‘Tonotwiyat (Hutan Perempuan)’ Dipersembahkan untuk Iriana Widodo

Lima kreator Jayapura yang menggunakan label produksi Imaji Papua, mempersembahkan film dokumenter ‘Tonotwiyat (Hutan Perempuan)’ untuk Iriana Joko Widodo.

Produser dan sutradara film dokumenter ‘Tonotwiyat (Hutan Perempuan) ‘Yulika Anastasia Indrawati mengatakan, alasan dipersembahkannya film dokumenter ini karena melihat kesamaan makna filosofi antara Ton (sebutan hutan dalam bahasa Enggros) dengan figur seorang ibu/mama.

Hutan adalah mama bagi masyarakat suku Enggros, karena di dalam hutan tersebut menyediakan sumber makanan, yakni kerang, beragam ikan, hingga kayu bakar.

“Hutan perempuan ini secara filosofi dimaknai seperti mama yang memberikan kehidupan dan melindungi makhluk hidup yang ada di dalamnya, sama halnya seperti ibu negara yang melindungi dan mengayomi anak-anak bangsa, khususnya kaum perempuan,” katanya.

Menurutnya, film dokumenter yang digarap secara independen ini, berkisah tentang perempuan Enggros yang berupaya untuk mempertahankan kearifan lokal, yakni dengan cara mencari bia/kerang dan ikan, sesuai dengan tradisi yang diwariskan turun temurun.

“Mereka juga berupaya untuk melestarikan/melindungi hutan perempuan dari kerusakan lingkungan,” ungkapnya.

Yulika menjelaskan, sama seperti judulnya, hutan perempuan adalah hutan yang hanya boleh dimasuki oleh kaum perempuan dan terlarang bagi kaum pria. Ada sanksi hukum adat bagi pria yang nekat masuk kesana. Letak hutan perempuan di Teluk Yotefa, tepatnya di wilayah Kampung Enggros, Kota Jayapura.

“Hutan perempuan adalah ruang privat bagi kaum perempuan yang tidak boleh diganggu dan harus dilindungi sebab di sana “mall kehidupan” bagi kaum perempuan. Sayangnya generasi sekarang, cenderung acuh tak acuh terhadap keberadaan hutan perempuan,” terangnya.

Untuk proses penggarapannya, film dokumenter ini memerlukan waktu lebih dari setahun, mulai dari riset hingga produksi.

“Kalau produksinya kurang dari sebulan, yang lama itu risetnya, karena ini projek idealis, tidak ada sponsor dari manapun. Kami menggunakan dana pribadi dari mulai riset hingga produksi,” jelasnya.

Rencananya film dokumenter ini akan launching dalam waktu dekat disertai dengan diskusi film.

Kelima kreator yang menggarap film dokumenter ini terdiri dari, Yulika Anastasia Indrawati, Alfonso Dimara, Robby Seseray, Hermalina Windessy dan Nunung Kusmiaty.