After Multatuli Left

Setelah Multatuli Pergi

2020 — 89 menit
Menggunakan novel Max Havelaar karya Multatuli sebagai pijakan, film ini melacak warisan sastra bersejarah dan mengamati perubahan kehidupan warga di Lebak, Banten.
Sekilas tentang film

Berpegang pada novel Max Havelaar karya Multatuli yang mengisahkan eksploitasi penduduk Lebak di masa penjajahan Belanda, sang narator film menjelajah dan mencari tahu kondisi kehidupan orang-orang Lebak di masa sekarang. Apakah hal yang dipaparkan di novel Max Havelaar masih terjadi di Lebak saat ini? Salah satu bagian yang populer di novel Max Havelaar adalah kisah pasangan Saidjah dan Adinda yang berasal dari Desa Badur yang digambarkan hidup dalam kemiskinan dan penindasan. Dengan mewawancarai warga Lebak, khususnya warga Desa Badur, film ini mencoba mengenali warga yang pernah diceritakan Multatuli, para Saidjah dan para Adinda, masyarakat yang berupaya menjalani kehidupan mereka sehari-hari. Menggunakan rekaman tahun 1987 serta rekaman tahun 2019, film ini merupakan pengamatan kontinu tentang perjalanan dan perubahan yang terjadi di masyarakat Lebak. Melalui sastra, kita diajak untuk mengingat sejarah serta menjadikan sastra sebagai salah satu referensi untuk membaca masyarakat.

Pemeringkatan UmurSU
Bahasa AsliIndonesia
TakarirEnglish

Detail Film

WarnaWarna
SuaraStereo
Format TersediaDigital File
Resolusi GambarFull HD
Rasio Gambar2.39:1
Negara ProduksiIndonesia, Belanda
Provinsi ProduksiBanten
Rumah ProduksiDutchCulture, Historia.id, Tobing Agency
Tim ProduksiYogi D. Sumule, Arjan Onderdenwijngaard (Produser)Bambang Saputro (Penata Kamera)Muhammad Ichsan (Penata Gambar)Ario Sasongko (Penulis)
  • Dipo Alam (Produser Lini)
  • Arjan Onderdenwijngaard (Narator)
  • Indrasetno Vyatrantra (Perekam Suara)
  • Kemal Endars, Andrew Saputro (Sound Mixing)
  • Dimas Martokoesoemo (Komposer)
  • Muhammad Ichsan (Asisten Penata Kamera)
  • Daniaty Agustin (Asisten Produksi)
    Edisi Festival
    • FFD 2022 — Kompetisi | Seleksi Resmi
      Rekam Jejak Festival
      • 2021 — Docs Without Borders Film FestivalBest Film
      Foto Film

      Catatan Pengelola

      Gaya DokumenterPerformatif
      TemaSejarah, Seni, Politik & Pemerintahan, Manusia & Masyarakat
      TopikKolonial, Sastra, Desa, Pembangunan, Perpindahan
      Mata Pelajaran RelevanAntropologi, Sosiologi, Sastra, Sejarah, Pendidikan Kewarganegaraan, Ekonomi, Kewirausahaan, Bahasa Asing
      Mata Kuliah RelevanAntropologi, Sosiologi, Sastra, Sejarah, Pendidikan, Ekonomi, Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan, Hubungan Internasional, Pemerintahan

      Film dalam set tema yang sama

      • Gembong Nusantara
        Bunga sedap malam menjadi saksi senyap pemakaman massal di saat pandemi COVID-19.
      • Erika Dyah Muftiarini
        Realisasi mimpi berkaitan juga tentang tekad, tidak selalu perihal kekurangan.
      • Deden Ramadani
        Dari niatan sekedar membuat kenangan perpisahan angkatan di tahun 2010, film ini memotret usaha dan siasat pelajar SMA menghadapi ujian dengan sistem yang problematis.
      Masuki era baru filmdokumenter.id. Pelajari fitur terbaru kami di sini.