Svetiana Dayani masih berusia 9 tahun saat terakhir kali melihat ayahnya pergi untuk rapat kabinet dari rumah persembunyian mereka di kawasan Gunung Sahari, Jakarta. Sejak hari itu, 11 Maret 1966, ayahnya tidak pernah kembali lagi. Samar-samar terdengar, ayah Svet ditangkap oleh tentara, dibunuh, lalu dibuang ke laut. Kabar lain menyebutkan dia dipenjara kemudian dibunuh. Sampai hari ini, Svet dan keluarga tidak pernah mengetahui secara pasti apa yang terjadi dengan bapaknya, Lukman Nyoto. Ia adalah seorang tokoh perjuangan kemerdekaan negara Republik Indonesia, pendiri dan wakil ketua Partai Komunis Indonesia (PKI), serta Menteri Kabinet Dwikora Soekarno untuk reformasi tanah masa itu. Nyoto juga salah satu pendiri Lekra, sebuah lembaga kebudayaan rakyat yang menaungi seniman dan budayawan dengan ideologi kiri.
Svet adalah anak pertama Nyoto dan Soetarni. Svet memiliki 5 orang adik saat bapaknya ditangkap oleh tentara di tengah operasi penangkapan dan pembunuhan tokoh-tokoh PKI. Bapak Svet sempat membawa mereka sekeluarga ke rumah persembunyian yang merupakan asrama aktivis mahasiswa Consentrasi Gerakan Mahasiswa Indonesia (CGMI) di Gunung Sahari. Adik-adik Svet bernama Ilham Dayawan (8), Timoer Dayanang (7), Risalina Dayanah (5), Irina Dayasih (4), dan Fidelia Dayatoen (2). Di masa persembunyian mereka setelah bapaknya ditangkap, adik terakhirnya, Esti Dayati, lahir pada 23 Juli 1966. Tiga bulan setelahnya, rumah persembunyian tersebut digerebek oleh tentara. Semua penghuni mahasiswa ditangkap. Sementara Svet, ibu dan adik-adiknya ditahan di rumah dengan penjagaan tentara. Salah satu mahasiswa saat itu mengatakan bahwa Soetarni adalah Mariana yang merupakan istri kakaknya. Tetapi esok harinya, tentara mengetahui bahwa Mariana adalah Soetarni, istri Nyoto. Akhirnya Soetarni, Svet, dan seluruh adiknya dibawa ke markas Kodim, Jalan Budi Kemuliaan. Mereka disatukan bersama tahanan perempuan lain yang merupakan kader/simpatisan PKI dalam satu kamar sempit. Saat pertama masuk tahanan, ibunya diinterogasi berjam-jam meninggalkan adik mereka yang menangis kehausan ingin menyusu.