Melalui dokumenter Masa Mengenang, Sazkia Noor Anggraini sebagai sutradara, dosen dan peneliti film melakukan penelusuran serta membangun relasi bersama sosok kakeknya yang ia tidak pernah kenali. Kakek yang dipanggilnya Datuk sudah tiada sebelum Sazkia lahir. Dari arsip-arsip keluarga, ingatan ibu dan pamannya, Sazkia mengetahui bahwa datuknya yang bernama Abdul Hadi Noor adalah seorang tokoh perjuangan kemerdekaan Indonesia di Malaysia, dan pendiri organisasi Persatuan Indonesia Malaysia (PIM). Datuk mendirikan PIM bersama beberapa tokoh nasional yang namanya tidak asing dalam catatan sejarah perjuangan RI, seperti Adam Malik, Sutan Sjahrir dan Husni Thamrin. Keingintahuan Sazkia terhadap sosok Datuk serta sepak terjangnya membawanya menelusuri catatan sejarah sampai ke Malaysia. Di lembaga arsip Malaysia, akhirnya Sazkia “menemukan kembali” datuknya.
Pada era penjajahan Belanda, banyak orang Indonesia merantau dan tinggal di Malaysia. Mereka memiliki hubungan erat dengan gerakan kemerdekaan yang sedang berkembang di tanah air. Keinginan untuk mendukung perjuangan kemerdekaan Indonesia memotivasi diaspora Indonesia di Malaysia untuk membentuk kelompok-kelompok yang bisa berkontribusi. Salah satu organisasi yang didirikan saat itu adalah Persatuan Indonesia Merdeka (PIM). Mereka membantu memperkuat gerakan kemerdekaan dan mencari pengakuan internasional untuk kemerdekaan Indonesia melalui diplomasi, penggalangan dana, dan penyebaran informasi. Di antara para pendiri PIM, Abdul Hadi Noor memegang peranan penting dalam mengorganisir komunitas Indonesia di Malaysia. Bersama anggota PIM di Malaysia, Abdul Hadi Noor menggalang solidaritas melalui ruang-ruang diplomasi masyarakat Indonesia di Malaysia dan komunitas internasional.