Industri TV Indonesia berkembang pesat pada akhir tahun 1980-1990an. Stasiun-stasiun TV swasta mulai bermunculan seperti RCTI, SCTV, dan Indosiar. Perkembangan industri TV semakin kompetitif, stasiun-stasiun TV berlomba-lomba untuk meningkatkan rating acaranya masing-masing. Di tahun 2000-an, format acara pertunjukan musik bergantung pada reaksi langsung penontonnya untuk membangun suasana yang meriah dan interaktif. Hal ini dianggap mampu meningkatkan daya tarik acara di mata penonton. Pada masa ini, acara-acara televisi dengan penonton studio mulai populer. Praktik mengundang penonton secara berbayar pun dimulai. Kehadiran penonton dianggap dapat menjaga dinamika acara agar tetap menarik serta menciptakan suasana yang lebih hidup dan interaktif.
Agensi-agensi yang menyediakan penonton berbayar pun bermunculan untuk memenuhi kebutuhan stasiun TV. Mereka merekrut orang-orang dengan beragam latar belakang. Mayoritas dari mereka adalah anak muda dari kalangan menengah ke bawah. Ada yang masih duduk di bangku sekolah, ada yang sedang mencari pekerjaan. Mereka berpindah-pindah menjadi penonton bayaran di stasiun TV berbeda setiap harinya dan menjadikan rutinitas ini sebagai pekerjaan.