Indonesia memiliki hutan tropis terluas ketiga di dunia setelah Brazil dan Kongo. Namun, dari sisi tingkat keanekaragaman hayati, hutan tropis Indonesia menempati urutan kedua. Hutan tropis Papua yang meliputi Provinsi Papua dan Papua Barat dengan keanekaragaman jenis tanaman endemiknya memegang posisi tertinggi dibandingkan dengan daerah lain di Indonesia. Sayangnya, hutan Papua mengalami penurunan kualitas dan luasan kawasan setiap tahunnya. Catatan dari Kementerian Lingkungan Hidup (KLHK) menyatakan bahwa pada 2018, luas kawasan hutan Papua berkurang dari sekitar 42 juta hektar menjadi 40 juta hektar. Penurunan ini disebabkan oleh pelepasan lahan hutan untuk pembangunan infrastruktur pemekaran wilayah pemerintahan baru, perkebunan serta pertambangan. Pencemaran dan eksploitasi sumber daya hutan yang tidak berkelanjutan juga menjadi penyebab berkurangnya kualitas hutan tropis di Papua. Ini yang terjadi pada hutan bakau di Teluk Youtefa yang dikenal sebagai Hutan Perempuan.
Hutan Perempuan yang didiami oleh suku Enggros di Papua merupakan hutan bakau yang masuk dalam kategori hutan adat di Teluk Youtefa, Kota Jayapura, Provinsi Papua. Hutan ini disebut sebagai hutan perempuan karena berdasarkan hukum adat suku Enggros, hutan bakau ini dikhususkan untuk perempuan dalam pemanfaatan dan pemeliharaannya. Laki-laki dilarang keras masuk dalam kawasan ini dan akan mendapat sanksi adat bila melanggarnya. Pada beberapa tahun terakhir, Hutan Perempuan mengalami penurunan luas kawasan bakau dan kualitas lingkungan. Pada tahun 2018, luas hutan bakau di Teluk Youtefa tercatat 233,12 hektar, berkurang dari 259,1 hektar di tahun 2014.