Dengan beribu pulau yang ada di Indonesia, serta dipisahkannya mereka melalui selat-selat air laut yang ada, film dokumenter Anak Koin karya Chrisila Wentiasri mampu menyajikan sebuah karya nan apik tentang kehidupan seorang penyelam koin di dalamnya.
Jika kita sedang bepergian dengan transportasi laut, pasti sudah tidak asing dengan orang-orang yang sudah siap di dermaga. Bukan untuk menaiki kapal yang sama namun beratraksi dan mengambil serpihan uang yang dilemparkan pengunjung dari atas dek kapal. Ya! Film dokumenter ini mengambil sudut pandang bagaimana kehidupan salah satu penyelam koin tersebut.
Sebut saja Agus yang kerap menyelam dan menghabiskan sisa waktunya di tempat kapal bersandar itu. Dengan pandangan, air ialah sumber dari berkah yang didapat anak-anak dalam mengais rezeki. Ombak di lautan memang keras, namun tak sekeras jerih payah Agus selaku anak koin. Dirinya bahkan berhenti sekolah dan memutuskan menjadi anak koin demi membantu perekonomian keluarga. Tubuhnya legam dan banyak bekas luka yang menjadi saksi bisu kerja kerasnya dalam mencari uang. Belum lagi problematika terhadap aparat yang bertugas mengamankan daerah kapal atau dermaga.
Tentu pekerjaan kasar ini tidak tepat untuk seorang remaja seperti Agus. Padahal jika dilihat lebih dalam lagi, dirinya ialah pahlawan bagi keluarganya. Sebutlah sebuah handphone dan motor telah ia dapatkan dari hasil jerih payahnya menangkap kepingan koin di laut dermaga. Tentu hal ini merupakan perspektif tambahan bagi setiap orang yang beranggapan anak koin sebagai pengganggu perjalanan. Pun saya sendiri, sempat berpikiran jika mereka hanya segerombolan anak nakal yang membuat perjalanan laut menjadi tak nyaman. Namun, setelah karya saudari Chrisila ini membuka mata saya, bahwa tak semua yang terlihat buruk ialah buruk. Dan lagi, Agus si anak koin itu tak pernah merugikan siapapun. Ia hanya anak-anak yang tahu akan kemampuanya dan berjuang demi keluarga.
Baik Agus maupun Chrisila, mereka ialah anak-anak yang patut dibanggakan, setidaknya bagi keluarganya sendiri. Kisah mereka mampu membuka mata dunia bahwasanya pantai, pesisir, atau laut tak melulu soal liburan dengan pesona bahari nan indah yang tersimpan di dalamnya. Namun dalam sebuah peristiwa ini, kita seakan diberikan tamparan sosial soal kehidupan laut maupun problematika di dalamnya, serta keterlibatan kita sebagai insan yang perlu menjaga keseimbangan alam dan individu edukatif yang tak hanya melihat suatu peristiwa hanya dengan satu kacamata saja. Namun lewat berbagai sudut pandang dan makna yang beraneka ragam di dalamnya.