Survival
Andi, Fika, Heru, dan kawan-kawan mereka tinggal di sebuah kampung miskin di pinggiran sungai Banjir Kanal, Semarang. Mereka msaih bersekolah tetapi orang tua mereka tidak dapat rutin memberi uang sekolah dan uang saku. Anak-anak itu kemudian mencari uang sendiri dengan mengamen kuda lumping. Sejak itu, mereka sulit belajar dan akhirnya tidak naik kelas. Di sisi lain, kehidupan orang tua mereka semakin sulit dengan adanya kenaikan harga-harga dan kebutuhan sehari-hari. Mereka dan keluarga mereka harus terus mencari berbagai upaya agar bisa bertahan hidup, walau harus melakukan apa saja, termasuk antri pembagian zakat dan sembako. (*)